Warning: Belajar jujur dan Sehat yaaah. Not Copas! ;)
Read;
Di Balik Mig33
Bagi gue dunia chatting itu
mengasyikan. Kalau gue tiba-tiba jenuh dalam keseharian gue di rumah. Gue
langsung chat. Buka laptop, pasang modem, kunjungi website, gue langsung ketik
di bookmars website www.mig33.com
dan gue memanggilnya dengan istilah nge’mig.
Itu alamat aplikasi yang paling gue gemari dari sekian chatting yang ada
misalnya Yahoo Massanger, Facebook Chat, Nimbuzz, dsb. Awal gue mengenali
alamat aplikasi mig33 berawal dari temen kampus gue bernama Dina. Saat gue
berada di sampingnya dibangku masing-masing gue melihat Dina sedang asyik
tertawa sendiri dengan Handphonenya.
“Kenapa lo ketawa-ketawa sendiri?”
“Hahahaha… Mau tau aja.”
“Apasih? Gue mau tau donk?” lirik
gue ke Dina dengan gaya sok kepo (pengen tahu).
“Gue lagi nge’mig! Kenapa emang?”
“Oh. Pantesan asik banget.”
“Lo udah pernah pakai aplikasi yang
gue chat sekarang kan?”
“Hehehe… Belum tuh soalnya.”
Dina memasang tampang gaya yang sok
jaim saat mengetahui diri gue yang sok kepo terhadapnya. Berkali-kali setiap
kita berpapasan, di kampus dan kita sekelas. Gue serig banget lihat Dina sedang
asik chattingan itu. Saat ia berada di samping kadang gue hanya bisa melihati
dari sampingnya. Mulai disitu keseringan gue melihati Dina sedang bermain mig,
akhirnya gue tertarik untuk mencobanya sendiri.
“Eh Din ini caranya gimana? Buat
akun gitu?”
“Iya lo harus buat akun dulu.
Dimana-mana kan gitu…”
Akhirnya gue pun mencobanya. Gue
buat akun terlebih dahulu yang dimana kita harus memasukan sebuah nomer
handphone. Pertama kali buat gue hampir putus asa. Gagal terus! Sekian kalinya
akhirnya berhasil juga. Alhamdulillah… Sekarang gue punya akun mig. Disitu gw
mulai memasuki dunia mig33. Pertama kali masuk, gue sama sekali gak paham
pengaturan aplikasi-aplikasinya. Maklum baru awal.
***
Di dunia chatting itu gue mulai
mengkutak katiknya. Mulai men’search room. Dimana memang aplikasi ini kita
chatting sambil memasuki sebuah room. Pertama kalinya gue berfikir harus masuk
room dimana, pikiran gue langsung membesit Jakarta Selatan Room. Gue mulai
mencoba-coba untuk mencarinya. Tapi sebelum itu gue sudah memasuki room entah
apa room nya. Gue kebingungan banyak sekali di bagian arah kanan chat
menyala-nyala. Oh ternyata setelah gue teliti itu adalah orang yang Privat Chat
sama gue.
Semua itu orang-orang yang gak gue kanal sama sekali. So
baru awal memang. Tapi gue terpaku pada pertanyaan terakhir yang chatting itu
“Are You Sexy?” Ooohhh. Waww sungguh mengesankan menanyakannya. Wajah gue
membelalak. Hati tak karuan. Rasanya jijik memang, tapi gue berusaha chattingan
dan gue gak bisa maksain bales ketika ada ketikan yang gak-gak.
Kembali lagi ke Jakarta Selatan. Akhirnya setelah
mencari-cari akhirnya gue mulai memasuki room. Pertama kalinya gue masuk alias
enter bahasa gaulnya. Banyak banget ketikan-ketikan yang gak jelas tiba-tiba.
Lama-lama gue jenuh dengan ketikan yang gak jelas. Gue mencoba diam dan
perhatiin ketikan demi ketikan. Ketikan itu akhirnya berhenti sejenak. Mulai
disitu gue mencoba mengetik. Klik! Gue enter. Gue sempet di landa kebingungan
saat gue mulai mengenternya. Ketikan gue gak mucul. Bahkan yang lain pun juga
mengalami hal yang sama. Kira-kira setengah jam lamanya. Ketikan itu tak juga
muncul. Kebingungan mulai mengelilingi di otak gue.
Keesokan harinya di kampus, tiba di kelas. Mata gue mulai
mencari-cari Dina. Ternyata Dina hari ini tidak masuk dikarenakan sakit.
Alhasil masalah ini gue akan tangani sendiri. Gue harus bisa! Kegalauan dan
kebetan gue memulai saat salah satu mata kuliah yang buat gue sangat lama. Selama
belajar gue iseng. Mencari-cari handphone untuk nge’mig.
Saat gue mulai memasuki dunia chatting mig33 gue mencoba
lagi seperti kemaren di room Jakarta Selatan. Gue enter. Sebelumnya gue
berharap semoga kali ini ketikannya ada. Saking anehnya memang. Di room banyak
sekali user-user yang gue gak kenal. Gue mencoba berinteraksi dengan user-user
Jakarta Selatan.
“Askum….”
Gue terdiam sesaat. Berharap saat itu saat-saat dimana
gue baru memasukinya, ketika gue mulai salam semoga ada yang menjawabnya. Gue
jengkel. Ternyata dari sekian banyaknya user-user hanya 1 yang menjawab. Itu
pun sangat singkat. Mungkin yang lain jawab, tapi mengeyel kemana-mana.
“Ws”
“Wc”
“Was”
"Haaah ko begini sih
jawabnya.” hati gue mulai sinis.
Gue pun mulai menjawab balik pertanyaan-pertanyaan itu
semua.
“Thanks L”
Ada sebuah akun membalas ketikan gue “L:*”
Dari yang awal sinis, aku pun tertawa terbahak-bahak
karena melihat balasan yang memakai emoticon cium.
***
Gak terasa gue sudah 2 bulan nge’mig. Disitu gue mulai
akrab dengan user-user Jakarta Selatan. Dimana saat itu room mengadakan sebuah
Kopdar. Gue gak mengerti apa itu kopdar. Gue mulai bertanya-tanya ke user lain.
Ternyata kopdar itu singkatan dari kopi darat yaitu pertemuan. Gue pun tertarik
ingin mengikutinya, tapi itu gak memungkinkan sekali buat gue karena jarak
antara tempat gue tinggal dengan Jakarta Selatan itu lumayan jauh. Butuh waktu
hampir 2 jam perjalanan. Gue gak bisa!
Di Jakarta Selatan gue sangat akrab dengan user-usernya.
Gue pun sangat menyukainya. Terkadang chatting itu membuat pengaruh diri kita.
Yang semulanya suka bisa menjadi hobi, dari hobi disitu bisa yang berakibat
fatal. Kadang saat gue nge;mig di rumah dengan memakai handphone. Gue mulai
asik, malas untuk mengerjakan pekerjaan lain yang jauh lebih penting. Tertawa
sendiri gak jelas. Banyak kejadian-kejadian seru.
“Ichaa… Ichaa….” suara ibu memanggil-manggil.
“Ichaaaaa…”
“Iya mah….”
“Makan, udah di siapin di meja makan.”
“Iya maah tenang aja. Icha pasti makan.”
Mamah masih tetap memanggil dari dapur, gue masih asik
nge’mig di ruang tv. Masih menghiraukan perkataan mamah. Saat sedang asik
tertawa geli. Mamah menghampiri di depan ku. Berdiam sambil menopang tangannya
di pinggangnya.
“Hmmm….”
“Haah mamah??? Ko ada disini? Gak bilang-bilang sih.”
“Ya ampun tadi mamah manggil-manggil kamu. Sudah makan
belum?”
“Ohh iyaa eheee… Belum mah.”
“Hhhh… Kamu ini gimana
sih, daritadi belum makan. Hp terus sih yang dipegang. Sambil ketawa-ketawa.
Apaan sih emang coba mamah liat sini.” tiba-tiba mamah merampasnya dari tangan
gue.
“Iiiih apaan sih mah, bukan apa-apa ko. Ini cumaa….”
Belum meneruskan tetapi mamah sudah
memotong pembicaraan.
“Cuma
chatting’an sama orang yang gak jelas gitu kan?”
“Iiiih
mamah gitu banget sih.. Sini handphone Icha mah…” gue yang memelas.
“Makan
dulu sana ah, baru mamah kembaliin handphone nya.”
“Yah
mamah gitu banget deh..”
Gue
akhirnya menuju ke ruang meja makan. Di meja makan banyak sekali masakan yang
mamah masak. Gue hanya perhatiin satu persatu masakannya. Mamah datang di
belakangku. Menepuk pundaku.
“Makan
atuh Icha, jangan dilihatin aja. Nanti giliran mamah masak yang biasa-biasa aja
lauknya, kamu komen deh bisanya. Giliran mamah lagi masak yang enak dibiarin
gitu aja. Cuma dilihatin. Gimana sih kamu Cha.”
“Iya
mah…”
“Nah
gitu dong. Oh iya Okta sama Restu kemana?”
“Kurang
tahu Icha..” gue menggeleng-gelengkan kepala.
“Loh
masa sama adik kamu gak tahu ada dimana sih. Cariin tuh. Bisanya mainin
handphone terus sih adiknya gak di urusin gitu.”
“Iya
ini mah nanti abis makan. Icha cariin mereka. Paling mereka ada di belakang
rumah sedang main-main.”
***
Gue
pun selesai makan akhirnya mencari Okta dan Restu di belakang rumah. Tiba di
belakang rumah, ternyata mereka tidak ada. Hanya ada teman-teman Restu yang sedang
bermain layang-layang. Gue menanyakannya pada mereka. Khawatir mulai memuncak.
Setelah ucap mereka bahwa Okta dan Restu bermain di dekat jalan raya.
Kekhawatiran ini semakin menjadi-jadi menghantui. Gue takut mereka di culik
atau sebagainya, karena di dekat jalan besar itu ada sebuah kali yang sangat
dalam. Mudah-mudahan tidak kenapa-kenapa. Akhirnya gue bergegas ke depan jalan
raya. Ternyata benar mereka sedang bermain layang-layang. Okta menemaninya saat
itu. Langsung gue menghampirinya.
“Ya
ampun, kakak cariin kalian berdua ternyata ada disini. Pulang-pulang udah
selesai. Teman-teman Restu yang lain sudah pulang!” Gue mecoba merayu dan
membohongi Restu.
Restu
akhirnya mau, dengan Okta yang ikut juga. Restu adik gue yang paling kecil, dia
satu-satunya anak lelaki dan terakhir pula. Adik gue yang paling tua yaitu
bernamaVita. Gue membawa mereka pulang. Ketika itu mamah mucul dari belakang
pintu.
“Nah abis darimana ini kalian mainnya.
Jauh-jauh banget.”
“Iya
nih. Icha nemuin mereka di depan mah.”
“Ya
ampun, nanti di culik deh. Jangan jauh-jauh mainnya!”
Tiba-tiba
gue mengalihkan pembicaraan
“Mah
handphone Icha kemana? Sini dong mah, mau Icha pake sms.”
“Cuma
sms nih pake handphone mamah aja.” mamah menyodorkan handphone miliknya.
“Loh…
Ohh gak kok Icha mau sekalian pake buat telfon, kan nomernya ada di Icha mah.”
“Iya
iya nih… Hmm gak sabaran banget.”
Saat
itu juga malam harinya setelah mengerjakan tugas kuliah, gue mulai beraksi
lagi. Mengambil handphone mulai berchatting ria di mig33. Mulai mengunjungi
Jakarta Selatan Room. Saat gue enter sedang rami-ramainya, banyak juga
user-user baru yang gue kurang kenal nick nya. Tak terasa ada user enter baru
perempuan bernama Ayumi, kami saling berkenalan. Akhirnya berawal dari
perkenalan tersebut, kami pun saling akrab. Saling curhat satu sama lain,
bahkan ia sudah gue anggap sebagai kakak gue sendiri. Kedeketan kami berujung
sampai akhirnya ia ingin mengenalkan cowok kepada gue. Mungkin karena ia tahu
saat itu gue sedang retak-retaknya hubungan dengan mantan gue sekarang bernama Capricorn. Gue pun memahaminya dan
menerima perkenalan. Ia menyuruh gue untuk memasuki room yang gak pernah gue
kunjungi sebelumnya Jakarta-gaull Room.
Seperti biasanya pertama kali gue enter gue hanya bisa diam diri. Tak mengetik
apapun, tanpa ada yang nanya terlebih dahulu. Tapi disitu sudah ada Ayumi. Dan
kira-kira gue diam selama kurang lebih 10 menit, ada user yang begitu caper,
gue pun sengaja meladeninya.
“Assalamualaikum….”
“Waalaikumsalam…”
jawab beberapa user di room.
Gue
diam diri sesudahnya. Tak lebih ketika 10 menit tiba-tiba user bernama
lelakibiasa mengetik, menanya ini itu terhdap gue.
“Hai
anak mana nih..”
“Hmm
anak siapa ya..”
“Di
tanya nya yee… Kamu anak mana nih :”>?”
“Ran..
Kenalin itu ade gue.” ujar Ayumi.
“:”>
:-D”
“:-O”
“Gue
anak emak lah…” gue dengan gaya sok jutek.
“Iya
tau anak emak, tapi daerahnya daerah mana?”
“Jauh”
“Hmm..
Singkat bener jawabnya.”
“:-D
haha”
“Nick
kamu hampir sama kaya mantan aku.”
“Mantan?
Mantan lo gitu? Apanya yang sama?”
“Itu
kamu kan may-audiva.s7 sedangkan mantan aku may_vha.”
“Waah..
Nyama-nyamain aja sih sama gue.”
“Wah
mana aku tau… Hehehe.”
Gue
berpikir kebingungan saat itu, gue melihat nick dia berwarna kuning. Hati gue
bertanya-tanya “Ko bisa kuning gitu yah, di gue ko warna hijau sih.” akhirnya
tanpa basa-basi gue menanyakannya, tapi lewat sebuah privat chat. Tanpa gue
harus privat chat dahulu dia sudah mengechatnya duluan.
“Hai….”
“Iyaaa..”
“:”>”
“Ada
apa yah?” gue pura-pura bertanya.
“Gak
ada apa-apa, aku cuma pengen kenala aja sama kamu.”
“Oooh…”
“Nama
kamu siapa sih? Terus tinggal kamu dimana?”
“Mau
tau banget yaaah.. Hahaha :-D”
“K”
“K :-p hehe nama gue Icha tinggal gue di
bekasi.”
“Oh..
Kalau nama gue Randi. Tinggalnya di Cibubur PKP.”
“Gak
nanya perasaan deh K.”
“Hahaha..”
“Pede
banget lo! Oh iya gue mau tanya dong, kalau di room ko nick lo bisa warna
kuning gitu sih, ko bisa? Caranya gimana?” gue dengan gaya keponya.
“Oh
ini mah ya karena gue Admin nya di room ini jadi warna kuning.”
“Oh
berarti yang kuning itu Admin semuanya dong?”
“Oh
gak juga. Admin hanya satu. Kalau ada yang kuning selain aku di room ini, itu
namanya moderator. Moderator itu orang yang membantu Admin.”
“Oh
gitu ya, oke deh.”
“Iya
sama-sama :”>”
***
Pernah
dia memergoki status hubungan gue di facebook. Gue hanya melongok membaca
ketikan itu di room.
“Dari
berpacaran menjadi rumit, dari rumit menjadi lajang. Dan status itu di gantinya
di hari saat itu juga hahaha.” ujar lelakibiasa.
“Kok
tau sih? Emang lo punya facebook gue? Sejak kapan gue ngasih ke lo nya?
Perasaan gak deh… Wah darimana tuh.”
“Ada
deh…. hahaha.”
Dia
begitu menjengkelkan. Karena dia mengetik dan menanyakan hal itu di room,
karena di room sedang ramai-ramainya. Gue sangat malu. Oh yasudahlah nasi sudah
menjadi bubur tidak bisa dikembalikan seperti semula. Gue pun sengaja
hiraukannya.
Tak
terasa akhirnya lama kelamaan hubungan kami semakin dekat yang berawal dari
hanya sebatas perkenalan biasa, dan saling cerita masalah pribadinya. Bahkan
Ayumi pernah curhat kepada gue tentang lelakibiasa anaknya seperti apa dari
masalah kepribadian, sifat dan kelakuannya dalam sehari-hari.
“De..
Tau gak sih kamu, Randi itu selalu menanyakan hal tentang kamu sama kakak.”
“Hah
serius ka? yang bener?” gue tersentak kaget.
“Iya
de. Katanya dia pengen banget ketemu sama kamu tuh!”
“Wah
ketemuan ya ka? Aduh gimana yah, aku soalnya jauh. Bilangin aja deh sama dia
nya InsyaAllah.”
“Oh
oke deh kalau dia online ya de :D. Sepertinya dia suka tuh sama kamu.”
“Aaah
kaka bisa aja deh.” gue dengan malu-malu.
“Serius
lah de.”
“Dia
orangnya seperti apa sih ka?”
“Menurut
kakak yang udah mengenal dia lama. Dia anaknya agak pemalu kalau di depan
cewek. Rajin shalat de.”
“Subhanallah…
J”
“Kamu
sudah gak sama audis kan de?”
“Gak
ka. Kenapa?”
“Kakak
mau kenlain lebih deket kamu dengan Randi!!”
“:-O
hah!!”
***
Setelah
mempunyai keputusan akhirnya gue dan lelakibiasa mempunyai niat untuk ketemu.
Tetapi selalu gagal. Karena waktunya selalu tidak memungkinkan. Akhirnya
lama-kelamaan, waktu pun sudah berjalan hampir 1 bulan lebih gue mengenalnya.
Akhirnya bisa juga untuk bertemu, yaitu di hari senin saat gue pulang kuliah
cepat dikarenakan ada salah satu dosen yang gak masuk. Dan kita pun saling
berjanjian. Gue memintanya berjanjian dekat Fly Over. Gue tidak hanya sendiri
bahkan gue minta sama temen kelas gue untuk menemani gue ketemu dengan
lelakibiasa.
Kira-kira
7 menit menunggu lelakibiasa. Gue dan temen gue yang menemani saat itu terbawa
dengan obrolan ngalor ngidul. Tak terasa disela-sela kami mengobrol dari
belakang terdengar bunyi tlakson motor yang menelaksoni kami. Gue pun
menengoknya. Ternyata dia lelakibiasa!. Gue terkejut. Terkejut senang. akhirnya
kami bisa bertemu dari sekian lamanya.
Pertemuan
kami berawal dari gue mulai memintanya untuk menonton bioskop di salah satu
mall di Jakarta. Dia menerimanya. Sesampainya di mall, kami langsung memesan
tiket. Jadwal film bioskop mulainya sekitar setengah jam. Kami berniat untuk
mengobrol. Bercerita masalah masing-masing cinta kami dahulu.
Sesudah
bertemu dengan pertemuan awal, gue kembali pulang, hati gue tiba-tiba terasa
berbeda. Ketika dia mengantarkan dan menemani gue pulang untuk menunggu bus.
Ketika busnya sudah tiba. Tiba-tiba hati terasa ada yang berbeda saat gue
berpamitan kepadanya. Hati ini lebih hampa dan mengubahnya menjadi sebuah
rindu.
Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar